STRATEGI DAN TAKTIK
Sejak awal
kita haruslah menyadari musuh dan problem terbesar kita adalah neo-liberalisme.
Dampak perubahan pola produksi, perubahan regulasi-regulasi negara, serta
sistem ketenagakerjaan yang fleksibel tetap akan menjadi masalah perburuhan dalam
tahun-tahun kedepan. Turunan dari neoliberalisme adalah kebijakan negara dengan
membuat UUK 13/2003, UU PPHI dan beberapa UU yang bersifat merugikan rakyat
secara umum. UUK 13 telah memberi ruang leluasa bagi penutupan pabrik, PHK massal dan penerapan system kerja kontrak serta
outsourching, selain kebijakan privatisasi/swastanisasi BUMN dan privatisasi
sumber daya alam. Dari hal tersebut muncul perlawanan dari kaum buruh,
walaupun masih kecil dan terpecah pecah.
Lalu apa
artinya kita membangun organisasi nasional kedepan?, bahwa kondisi
diterapkannya neoliberalisme mencengkeram Indonesia, jutaan kaum buruh dalam
kondisi tertindas secara ekonomi dan lemah dalam daya tawar politik, sementara
posisi pemodal bisa dengan mudah memindahkan modalnya tanpa memperhatikan nasib
buruh. dengan kondisi itu maka posisi buruh harus kuat, serikat buruh harus
menjadi garda terdepan perlawanan untuk memperjuangkan kesejahteraan dan
kepastian kerja. Organisasi buruh yang kuat dan solidaritas lokal, nasional dan
internasional yang solid adalah jawaban bagi kelemahan dan terpecahnya kekuatan
buruh saat ini. Lantas apa yang akan dilakukan ?
1. Menghadang Labour Market Fleksibility (LMF).
Taktiknya yakni Konsolidasi organisasi mulai dari konfederasi hingga
serikat buruh tingkat Federasi bahkan hingga tingkat perusahaan. Melakukan pengorganisiran
tidak hanya di sektor manufaktur, dan ekspansi ke beberapa wilayah yang menjadi
pusat pusat industri dengan prioritas kawasan industri besar pada sektor
potensial. Sementara metode yang harus digunakan yakni : membangun serikat
buruh berdasar wilayah (wil industri, wil desa, kecamatan). Dapat dimulai
dengan forum-forum, kelompok kerja, dan lain-lain. Pada dasarnya keanggotaan
bersifat individu berdasar zona wilyah. Tidak harus terikat dalam satu pabrik,
tetapi utamaya adalah kawasan industri harus dibangun kontak, keanggotaan
sebanyak mungkin dengan dibuat sentral informasi diluar kawasan/pabrik
terdekat.
Metode pemogokan tidak lagi dilakukan berdasarkan pabrik tapi sudah
berdasarkan pada zona industri terkecil.(kawasan). Serikat buruh yang telah
terbentuk tersebut dapat dilegalkan (dicatatkan kedisnaker). Warga/sektor
informal disekitar kawasan/zona industri
harus juga dijadikan sasaran pengorganisiran, bahkan harus menjadi
prioritas setelah buruh pabrik. Rumusan pelaksanaannya akan ditentukan dalam
program umum berdasarkan pembacaan geopolitik wilayah.
Point khusus dari program ini adalah :
-
Mengkampnyekan
secara massif bahaya LMF ( PHK, Sistem kerja kontrak, out sourching dsb)
-
Pendataan
buruh kontrak, PHK, out sourching
-
Advokasi
baik anggota maupun bukan.
2. Penguatan Organisasi
Dengan memaksimalkan pendekatan gerakan buruh yang berbasiskan teori,
politk dan organisasi. Maka taktik utamanya adalah penyeragaman pendidikan
anggota dan kader buruh anggota FSPBI. Penguatan internal ini, harus dipercepat
mengingat kondisi obyektif menuntut
ketersediaan sumber daya manusia yang besar dan berwawasan gerakan
buruh.
Point point penguatan organisasi :
-
Konsolidasi
organ mulai dari basis, kota,
wilayah dan pusat
-
Kaderisasi
mulai dari basis, kota, wilayah dan pusat
-
Pengorganisasian
-
Individual
-
Zona
industri dan komunitas
-
Membuat
sentral informasi
-
Penyeragaman
pendidikan
-
Komunikasi
antar basis, wilayah dan pusat.
3. Membangun Front/Aliansi Yang Terencana
Selama ini front/aliansi yang dibangun sering
mengikuti ajakan front dari kelompok lain. Sementara kelompok lain juga punya
kepentingan proyek politik yang ujung-ujungnya logistik. Sehingga kadang
front-front yang kita ikuti sekedar menjaga perkawanan dengan kelompok lain.
Disisi lain jika kita mengikuti front yang bukan
atas inisiatif dan tujuan yang jelas memaksa kita untuk menaruh kader-kader
kita dalam pekerjaan front tersebut. Disisi lain setiap mobilisasi massa yang kita lakukan
dalam front-front tersebut tidak sepenuhnya berhasil bahkan dalam
perkembangannya FSPBI di Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan ada
kecenderungan semakin menurun. Jika didalam aksi-aksi yang kita menyerukan
untuk dilakukan mobilisasi massa tapi tidak
terbukti, berdampak sangat luas baik ditingkatan wibawa organisasi maupun moral
massa yang ikut
dalam aksi. Untuk itu front/Aliansi yang dibangun harus terencana dengan baik,
termasuk menghitung tiga aspek yakni
irisan kepentingan politik, wibawa organisasi dan moral massa.
4. Membangun Solidaritas
Dikalangan Kaum Buruh Maupun Serikat Buruh Di Indonesia Dan Mencari Dukungan
Solidaritas International
Disaat nasib buruh diberbagai negeri tidak berbeda
jauh maka mula harus dirintis langkah perjuangan yang bersifat Internationalisme.
Hal ini disebebkan kapitalisme sudah tidak lagi mengenal batas-batas wilayah
negara, kapanpun modal ditarik di beberapa negara prosesnya sangat cepat,
demikian juga sebaliknya ketika mereka berinvestasi diberbagai negeri Yang harus jadi prioritas adalah menindaklanjuti
kontak yang sudah dibangun oleh FSPBI dan mencari kontak-kontak baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar